CHICAGO, suaramerdeka.com - Kekhawatiran investor atas suku bunga yang lebih tinggi pada 2022 membuat emas melemah pada akhir perdagangan Senin waktu setempat New York atau Selasa pagi WIB.
Untuk pengiriman Februari, kontrak emas paling aktif di divisi Comex New York Exchange, jatuh 10,3 dolar AS atau 0,57 persen menjadi ditutup pada 1.794,60 dolar AS per ounce.
Sementara di pasar spot, emas turun 0,2 persen menjadi diperdagangkan di 1.793,33 dolar AS per ounce pada pukul 18.45 GMT.
Pelemahan emas juga disebabkan investor menilai sejauh mana dampak kenaikan suku bunga Federal Reserve AS terhadap inflasi yang memanas, serta mengukur dampak melonjaknya kasus virus corona omicron terhadap perekonomian.
Baca Juga: Permudah Masyarakat, Akses ke Bandara Kertajati dari Tol Cipali Mulai Dibuka
Investor menghabiskan hari dengan menjual logam mulia untuk melindungi posisi dalam mengantisipasi tiga kenaikan suku bunga Federal Reserve pada 2022.
Kurangnya dorongan, juga dikaitkan analis pasar seiringg kurangnya likuiditas di pasar menjelang liburan, daripada murni sikap yang lebih bearish terhadap logam mulia.
Ekuitas global juga mundur di tengah kekhawatiran atas dampak pembatasan Covid-19 yang lebih ketat, tetapi arus masuk ke aset safe-haven emas tampaknya terhenti.
Namun demikian, emas menemukan sedikit dukungan dari dolar yang lebih rendah.
Baca Juga: Prakiraan Cuaca Semarang 21 Desember: Berawan, Ada Potensi Diguyur Hujan Ringan
Ini berbeda dengan Jumat (17/12), ketika kekhawatiran yang dipicu omicron mendorong harga emas ke puncaknya sejak 26 November.
"Emas memiliki sedikit reli yang bagus dan sekarang kita memasuki periode liburan sehingga tidak ada lagi partisipasi penuh dari para pedagang dan Anda mungkin akan melihat berkurangnya selera terhadap risiko yang tidak banyak membantu emas," kata Ed Moya, analis pasar senior di broker OANDA.
Meskipun emas dianggap sebagai lindung nilai terhadap inflasi dan ketidakpastian yang lebih tinggi, kenaikan suku bunga akan meningkatkan peluang kerugian memegang emas yang tidak memberikan imbal hasil.
Tetapi ketidakpastian akibat omicron dapat menyebabkan narasi bank sentral yang lebih dovish pada tahun 2022, yang akan membantu emas, kata para analis.
Baca Juga: Hadapi Nataru, Jasa Raharja Siapkan Pelayanan Digital Terpadu
Artikel Terkait
Emas Merosot pada Akhir Perdagangan Seiring Lonjakan Harga Produsen AS
Kirim 4 Tim Riset di Ajang Internasional I2ASPO 2021, MTs NU Banat Kudus Boyong 3 Emas dan 1 Perak
Emas Kembali Melemah di Akhir Perdagangan Seiring Penguatan Dolar
Harga Emas Menguat Tajam, Bangkit dari Kerugian 2 Sesi Sebelumnya
Emas Kembali Menguat, Terdorong Kekhawatiran Lonjakan Omicron dan Inflasi