NEW YORK, suaramerdeka.com - Setelah turun ke posisi terendah enam minggu, harga minyak menguat pada akhir perdagangan Kamis (Jumat pagi WIB).
Penurunan ini tak lepas dari pertanyaan investor berapa banyak minyak mentah yang akan dilepaskan negara ekonomi utama dari cadangan strategis mereka.
Investor juga bertanya-tanya berapa banyak yang akan mengurangi tekanan permintaan minyak mentah global.
Untuk pengiriman Januari, minyak mentah berjangka Brent menguat 96 sen atau 1,2 persen, menjadi menetap di 81,24 dolar AS per barel.
Baca Juga: Sting Akan Merilis The Bridge, Begini Pembahasannya
Sebelumnya, minyak Brent sempat jatuh ke terendah sesi di 79,28 dolar AS per barel, posisi terendah sejak 7 Oktober.
Lalu untuk pengiriman Desember, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS ditutup 65 sen atau 0,8 persen lebih tinggi menjadi 79,01 dolar AS per barel.
Sebelumnya,, WTI juga sempat jatuh ke terendah sesi di 77,08 dolar AS, terendah sejak awal bulan lalu.
Harga jatuh ke posisi terendah enam minggu di awal sesi karena China mengatakan sedang bergerak untuk memanfaatkan cadangan minyaknya.
Baca Juga: Penyesuaian Level PPKM Secara Nasional Langkah Strategis Kendalikan Covid-19
Artikel Terkait
Harga Minyak Anjlok di Akhir Perdagangan Seiring Lonjakan Dolar
Pergulatan Pasar dengan Dolar AS, Harga Minyak Menetap Sedikit Lebih Tinggi
Harga Minyak Turun pada Akhir Perdagangan, Hapus dari Sesi Sebelumnya
Prospek Persediaan Ketat di Seluruh Dunia Dorong Harga Minyak Beragam
Harga Minyak Merosot pada Akhir Perdagangan Menyusul Peringatan Kelebihan Pasokan