Kontribusi UMKM Rendah, Perlu Sekolah Ekspor Inkubator Wirausaha

- Minggu, 14 November 2021 | 19:03 WIB
Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki . (suaramerdeka.com/Modesta Fiska)
Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki . (suaramerdeka.com/Modesta Fiska)

YOGYAKARTA, suaramerdeka.com - Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki mengatakan jumlah ekspor nasional meningkat pada triwulan III 2021 dengan nilai ekspor naik 22,71 persen dibanding triwulan III 2020 sebesar 17,24 persen.

Namun demikian, dari jumlah tersebut jumlah ekspor UMKM hanya 15,65 persen, jauh dibandingkan beberapa negara lainnya, seperti Singapura 41 persen, Thailand 29 persen, atau Tiongkok 60 persen.

''Karena itu kami targetkan kontribusi ekspor UMKM meningkat menjadi 17 persen di 2024,'' kata Teten dalam Temu Bisnis Nasional UMKM yang diselenggarakan oleh Direktorat Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Gadjah Mada, kemarin.

Baca Juga: Bank Indonesia Terus Bergerak Sosialisasikan Cinta Bangga Paham Rupiah

Menurutnya faktor penunjang peningkatan ekspor UMKM dapat dilihat dari kinerja Indeks Kinerja Logistik (LPI), optimalisasi ekspor, menekan biaya logistik, mempersingkat waktu pengurusan dokumen ekspor, dan kewajiban pabean.

Perlu pula peran kolaborasi antara pemerintah, perguruan tinggi, BUMN, perbankan dan segenap pemangku kepentingan. Hal itu dibutuhkan untuk membangun ekosistem yang kondusif, mendorong UKM go global.

''Saya juga berharap UGM juga dapat menjadi inkubator wirausaha, mendorong mahasiswa dapat mengidentifikasi, merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi kegiatan bisnis, serta membangun jaringan bisnis,'' tandasnya.

Mustofa (kiri) dan Agung (tengah), penyandang Tuna Daksa bersama sejumlah penyandang disabilitas lainnya menjahit pakaian wanita (daster) di rumah konveksi yang sekaligus menjadi sekretariat Forum Komunikasi Difabel Boyolali (FKDB) “Karya Mandiri”  di desa Klewor, Kemusu Kabupaten Boyolali, Sabtu (30/10). Berawal mengikuti pelatihan menjahit yang diprakarsai pemerintah daerah bekerja sama dengan PT Pan Brother TBK awal pandemi, kini komunitas mereka mampu mendirikan bisnis konveksi. Meski berketerbatasan fisik, mereka kreatif dan pantang menyerah. Selama pandemi, UMKM ini mampu menggeliatkan perekonomian Jawa Tengah dengan memproduksi 1000 daster pesanan tiap bulannya. (suaramerdeka.com / Maulana M Fahmi)
Mustofa (kiri) dan Agung (tengah), penyandang Tuna Daksa bersama sejumlah penyandang disabilitas lainnya menjahit pakaian wanita (daster) di rumah konveksi yang sekaligus menjadi sekretariat Forum Komunikasi Difabel Boyolali (FKDB) “Karya Mandiri” di desa Klewor, Kemusu Kabupaten Boyolali, Sabtu (30/10). Berawal mengikuti pelatihan menjahit yang diprakarsai pemerintah daerah bekerja sama dengan PT Pan Brother TBK awal pandemi, kini komunitas mereka mampu mendirikan bisnis konveksi. Meski berketerbatasan fisik, mereka kreatif dan pantang menyerah. Selama pandemi, UMKM ini mampu menggeliatkan perekonomian Jawa Tengah dengan memproduksi 1000 daster pesanan tiap bulannya. (suaramerdeka.com / Maulana M Fahmi)

Teten menegaskan program Kemenkop UKM akan mendorong lebih banyak UKM yang siap ekspor tahun ini antara lain memfasilitasi standarisasi internasional, sekolah ekspor, pelatihan UKM ekspor, pembiayaan ekspor, sistem informasi ekspor,

Dan pameran berskala internasional, serta kerja sama peningkatan ekspor lainnya. Inovasi kebijakan mendorong ekspor nasional dengan membangun infrastruktur logistik terpadu di dekat klaster UKM juga sangat diperlukan.

Rektor UGM Prof Panut Mulyono mengatakan perdagangan dunia telah mengalami transformasi dari konvensional menuju digital. Kondisi ini menjadi momentum bagi para pelaku UKM untuk melakukan transformasi pemasaran menuju pasar global.

Baca Juga: FKBN Perkuat Kesadaran Bela Negara dan Pertahankan Keutuhan NKRI

Ia menyebutkan kontribusi UMKM terhadap ekspor non migas sebesar 15,6 persen, sementara itu partisipasi UMKM dalam rantai nilai global baru mencapai 4,1 persen.

Kemitraan antara dengan Usaha Menengah Besar (UMB) baru pada angka 7 persen, demikian pula rasio kewirausahaan nasional di angka 3,47 persen dan keikutsertaan dalam digitalisasi UMKM masih pada angka 16 persen.

''Angka-angka tersebut menunjukkan masih terbukanya peluang untuk pengembangan UMKM di masa mendatang. Kata kunci dalam pengembangan UMKM berdaya saing di pasar global adalah kolaborasi dan sinergi pentahelix antara universitas, pemerintah, perbankan, industri dan komunitas UMKM,'' sarannya.***

Halaman:

Editor: Ahmad Rifki

Tags

Artikel Terkait

Terkini

Rumah Abon Bangkitkan Lagi UMKM Abon Nabati

Senin, 22 Mei 2023 | 07:00 WIB

Kadin dan BUMN Sinergi Ciptakan Peluang

Jumat, 12 Mei 2023 | 14:08 WIB
X