Pergulatan Pasar dengan Dolar AS, Harga Minyak Menetap Sedikit Lebih Tinggi

- Jumat, 12 November 2021 | 08:24 WIB
Ilustrasi kilang minyak (Terry McGraw from Pixabay)
Ilustrasi kilang minyak (Terry McGraw from Pixabay)

NEW YORK, suaramerdeka.com - Menyusul pergulatan pasar dengan dolar AS yang lebih kuat, membuat harga minyak menetap sedikit lebih tinggi pada akhir perdagangan Kamis (Jumat pagi WIB)

Pergulatan itu bersamaan dengan kekhawatiran atas peningkatan inflasi AS, dan setelah OPEC memangkas perkiraan permintaan minyak 2021 karena harga yang tinggi.

Untuk pengiriman Januari, minyak mentah berjangka Brent naik 23 sen atau 0,28 persen, menjadi ditutup pada 82,87 dolar AS per barel.

Pada sesi sebelumnya, minyak Brent anjlok 2,5 persen setelah mencapai level tertinggi tiga tahun di atas 86 dolar AS bulan lalu.

Baca Juga: KUBe Desa Kebonbatur Dilatih Pengolahan dan Pengemasan Kunyit

Sementara untuk pengiriman Desember, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS bertambah 25 sen atau 0,3 persen, menjadi menetap di 81,59 dolar AS per barel.

Pada Rabu 10 November 2021, WTI kehilangan 3,3 persen dalam penurunan terbesar dalam seminggu.

Kompleks energi diperdagangkan lebih tinggi menjelang akhir sesi karena keyakinan bahwa permintaan pascapandemi akan semakin menguat dalam beberapa bulan mendatang.

"Harga tertinggi baru terbentang di depan karena unsur-unsur yang dibutuhkan untuk menempatkan posisi teratas di pasar ini tetap sulit dipahami, yaitu permintaan minyak global melebihi produksi baru," kata Jim Ritterbusch, presiden Ritterbusch and Associates LLC di Galena, Illinois.

Baca Juga: Cuaca Ekstrem, Berbagai Penyakit Ancam Hewan Rumahan

Menurut OPEC, tingkat pengembalian permintaan dapat dikurangi oleh harga energi yang lebih tinggi.

Kartel mengatakan dalam laporan bulanan, mereka memperkirakan permintaan minyak rata-rata 99,49 juta barel per hari (bph) pada kuartal keempat 2021, turun 330.000 barel per hari dari perkiraan bulan lalu.

"Perlambatan dalam laju pemulihan pada kuartal keempat 2021 sekarang diasumsikan karena kenaikan harga energi," kata OPEC dalam laporan itu, juga mengutip permintaan yang lambat di China dan India.***

Editor: Andika Primasiwi

Sumber: Antara

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X