NEW YORK, suaramerdeka.com - Kurang antusiasnya laporan inflasi AS yang lemah dan lelang obligasi pemerintah AS 10-tahun kurang antusias, membuat Dolar kembali melemah pada akhir perdagangan Rabu (Kamis pagi WIB). Indeks dolar AS, yang mengukur greenback terhadap sekernajang enam mata uang saingannya, turun 0,17 persen menjadi 91,845. Di sisi lain, mata uang berisiko seperti dolar Australia dan Selandia Baru menguat karena meningkatkan prospek pertumbuhan global.
Data menunjukkan kendati inflasi tetap lemah di tengah permintaan yang lamban untuk jasa-jasa seperti perjalanan maskapai penerbangan harga-harga konsumen Amerika Serikat membukukan kenaikan tahunan terbesar mereka dalam setahun. Inflasi inti naik 0,1 persen dibandingkan perkiraan pasar untuk kenaikan 0,2 persen dan pergerakan tersebut sebagian besar sejalan dengan ekspektasi para ekonom, .
Setelah data tersebut dirilis Imbal hasil (yields) obligasi pemerintah AS turun lantaran pelaku pasar memperkirakan prospek harga-harga konsumen yang lebih optimis. Indeks dolar telah mengikuti secara ketat lonjakan imbal hasil obligasi pemerintah AS tahun ini, baik ketika imbal hasil yang lebih tinggi meningkatkan daya tarik mata uang maupun saat kejatuhan obligasi mengguncang kepercayaan investor, memicu permintaan untuk aset-aset safe-haven.
Baca juga: Harga Emas Dunia Melonjak Lebih dari 2 Persen, Tembus 1.700 Dolar Per Ounce
“Penggerak pergerakan dolar sejak awal tahun adalah suku bunga AS, dan saya tidak melihat skenario itu berubah,” kata Joseph Trevisani, analis senior di FXSTREET.COM.
Imbal hasil obligasi turun dan harga naik setelah lelang obligasi AS 10-tahun menunjukkan permintaan lemah dengan rasio bid-to-cover (ukuran permintaan sekuritas tertentu selama penawaran dan lelang) yang lebih rendah dari rata-rata.
Lelang obligasi pemerintah telah diawasi dengan ketat setelah permintaan yang buruk untuk lelang obligasi AS 7-tahun dua minggu lalu memicu aksi jual obligasi pemerintah. Lelang obligasi pemerintah AS 30-tahun dijadwalkan pada Kamis waktu setempat. "Obligasi semakin kuat, yang berarti dolar secara relatif berbicara, mungkin kurang menarik," kata Axel Merk, presiden dan manajer portofolio di Merk Hard Currency Fund di Palo Alto California.