SEMARANG, suaramerdeka.com - Otoritas Jasa Keuangan Regional 3 Jawa Tengah dan DIY akan melanjutkan dan memperluas program yang sudah dilakukan dengan berbagai penguatan.
Kepala OJK Regional 3, Aman Santosa mengatakan pandemi Covid-19 memberikan tekanan yang dalam terhadap pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah.
Aman berharap Industri Jasa Keuangan di Jawa Tengah dan DIY dapat memberikan dukungan yang maksimal bagi pemulihan pertumbuhan ekonomi di Jawa Tengah melalui beberapa program yang telah OJK canangkan di tahun 2021
Baca Juga: PSBB Jawa dan Bali Diperketat, OJK dan Industri Jasa Keuangan Tetap Beroperasi
"Dengan semangat kolaborasi mencari solusi terbaik mengatasi dampak pandemi oleh OJK, Industri Jasa Keuangan, Pemerintah Daerah dan seluruh pemangku kepentingan, kami optimis hal tersebut dapat mengakselerasi pemulihan ekonomi khususnya di Jawa Tengah dan DIY," katanya, Senin (8/3).
Aman menambahkan, di tengah memburuknya indikator perekonomian Industri Jasa Keuangan khususnya di Jawa Tengah masih menunjukkan kinerja positif bahkan lebih baik dari indikator nasional, di antaranya dari sisi pertumbuhan kredit perbankan tumbuh sebesar 2,01%, penyaluran KUR yang mencapai 42,29% dan pembiyaan Ultra Mikro (UMi) yang mencapai pertumbuhan sebesar 50,96%.
Baca Juga: OJK Terus Lakukan Upaya Pemulihan Ekonomi dengan Restrukturisasi Kredit
Atas capaian tersebut, di tahun 2020 Pemerintah Provinsi Jawa Tengah memperoleh beberapa penghargaan dari OJK khususnya program yang terkait dengan inklusi keuangan.
"Kinerja positif dan capaian tersebut tak lepas dari kolaborasi dan dukungan dari OJK bersama dengan Pemerintah Daerah, Kanwil Dirjen Perbendaharaan dan Industri Jasa Keuangan dalam program pemulihan ekonomi di Jawa Tengah," ujarnya.
Baca Juga: Ini Evaluasi Efektivitas Program Pemulihan Ekonomi Nasional di Jawa Tengah
Sepanjang tahun 2020, OJK juga telah mengembangkan layanan konsultasi restrukturisasi kredit khususnya UMKM dengan nama “kreditcenter”, selain itu secara berkesinambungan mengadakan sosialisasi program subsidi bunga, dan menyusun program UMKM Bangkit diantaranya business matching antara Industri Jasa Keuangan dan pelaku UMKM, serta mendorong perluasan alternatif pembiayaan berbunga rendah.
Terlepas dari segala capaian tersebut, Provinsi Jawa Tengah masih menghadapi beberapa tantangan, salah satunya yaitu tingginya kontraksi di sektor perdagangan, industri dan konstruksi yang disebabkan menurunnya konsumsi masyarakat dan negara tujuan ekspor belum pulih sepenuhnya, sehingga permintaan barang dan jasa saat ini masih lemah.