NEW YORK, suaramerdeka.com - Sehari setelah kekhawatiran atas peluncuran vaksin dan prospek stimulus fiskal AS mendorong permintaan untuk mata uang safe havens, Dolar AS melemah terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya pada akhir perdagangan Selasa (Rabu pagi WIB). Pasalnya, pedagang beralih memburu mata uang berisiko.
Indeks Mata Uang Dolar AS, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama lainnya, turun 0,22 persen menjadi 90,143. Indeks dolar sempat naik setinggi 90,614, tertinggi sejak 20 Januari, di awal sesi.
Minat terhadap risiko memang berkurang seiring meningkatnya kasus Virus Corona dan kehati-hatian menjelang kesimpulan dari pertemuan kebijakan Federal Reserve (Fed) AS pada Rabu. Hal itu memberikan dukungan kepada dolar terhadap sekeranjang mata uang dalam sesi terakhir. Tetapi investor kembali lagi memburu mata uang berisiko pada Selasa (26/1/2021).
Baca juga: Tutup Tahun 2020, Dolar AS Bukukan Kerugian Tahunan Terbesar Sejak 2017
Michael Brown, analis senior di perusahaan pembayaran Caxton menyebut, Dolar tampaknya mengambil isyarat dari keseluruhan sentimen risiko di pasar. Data pada Selasa (26/1/2021) menunjukkan kepercayaan konsumen AS naik secara moderat pada Januari di tengah kekhawatiran tentang pandemi COVID-19.
"Mungkin juga ada kurangnya minat untuk membeli dolar sebelum pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) yang dovish besok. Teknikal juga sedikit lemah," tambahnya, mencatat kegagalan indeks dolar untuk menembus di atas level 90,50 untuk waktu yang lama.
Sedikit jika ada perubahan diperkirakan dalam pernyataan kebijakan Fed pada Rabu waktu setempat setelah pertemuan dua hari dan tidak ada perkiraan ekonomi baru yang dijadwalkan untuk dirilis.