NEW YORK, suaramerdeka.com - Ekspektasi permintaan yang kuat dan keyakinan bahwa kelompok produsen utama tidak akan membuka keran terlalu cepat, membuat harga minyak menetap lebih tinggi pada akhir perdagangan Senin (Selasa pagi WIB).
Untuk pengiriman Desember, harga minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Desember menguat 99 sen atau 1,1 persen, menjadi berakhir di 84,71 dolar AS per barel setelah mencapai terendah sesi di 83,03 dolar AS.
Dalam periode yang sama, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman Desember terangkat 84 sen atau 0,6 persen, menjadi ditutup di 84,05 dolar AS per barel, setelah sebelumnya jatuh ke 82,74 dolar AS.
Ekpektasi dan keyakinan tersebut, juga membantu membalikkan kerugian awal yang disebabkan oleh pelepasan cadangan bahan bakar oleh konsumen energi dunia nomor satu China.
Baca Juga: Penting bagi Ibu Hamil, Sebaiknya Hindari Jenis Buah Ini
Sebuah jajak pendapat Reuters menunjukkan bahwa harga minyak diperkirakan akan bertahan mendekati 80 dolar AS pada akhir tahun.
Hal itu menyusul terbatasnya persediaan dan tagihan gas yang lebih tinggi mendorong peralihan ke minyak mentah untuk digunakan sebagai bahan bakar pembangkit listrik.
Minggu lalu, minyak reli ke tertinggi multi-tahun terbantu rebound permintaan pasca-pandemi dan Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutu yang dipimpin Rusia, atau OPEC+.
Meski tetap berpegang pada peningkatan produksi bulanan bertahap sebesar 400.000 barel per hari (bph), ada permintaan untuk lebih banyak minyak dari konsumen utama.
Baca Juga: Cobain Yuk Resep Royce Chocolate, Menu Viral di TikTok Mirip Aslinya
Artikel Terkait
Harga Minyak Capai Level Tertinggi Multitahun, Menyusul Pasokan Global yang Ketat
Harga Minyak Naik Tipis ke Level Tertinggi, Pasokan Global Berkurang
Harga Minyak Anjlok Lebih dari 2 Persen Usai Kenaikan Tajam Stok Minyak AS
Harga Minyak Menurun, Namun Bangkit dalam Posisi Terendah Selama 2 Minggu
Harga Minyak Sedikit Lebih Tinggi, Didukung Ekspektasi OPEC