Kawasan Konservasi Gunung Talang, Ikonik Kota Semarang

Achmad Rifki
- Minggu, 16 Agustus 2020 | 19:04 WIB
Penanaman pohon kantil dilakukan di kawasan konservasi hutan lindung Gunung Talang, Bendan Duwur, Gajahmungkur, Minggu (16/8).
Penanaman pohon kantil dilakukan di kawasan konservasi hutan lindung Gunung Talang, Bendan Duwur, Gajahmungkur, Minggu (16/8).

SEMARANG, suaramerdeka.com - Kawasan konservasi hutan lindung Gunung Talang, Bendan Duwur, Gajahmungkur, dulunya pernah digunakan untuk rumah dinas Bupati Semarang (Kadipaten) pada 1974 dari yang awalnya berada di daerah Kanjengan. Namun kemudian sempat roboh pada 1980, dan selanjutnya dibangun sebuah padepokan bagi pelatihan pencak silat di bawah Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI). Namun lokasi tersebut kemudian menjadi terbengkalai. Kawasan ini kemudian diserahkan kewenangannya kepada Pemkot Semarang untuk menjadi sebuah aset, pada 2019. Selanjutnya, ada keinginan untuk membangkitkan kembali kawasan konservasi hutan lindung itu, agar memiliki manfaat bagi peningkatan perekonomian masyarakat sekitar.

 

Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Semarang, Sapto Adi Sugihartono, menyampaikan, pihaknya diminta untuk mengelolanya dengan baik kawasan hutan kota tersebut. Tujuannya agar suasana aktivitas kemasyarakatan di Gunung Talang dapat hidup lagi. Area dengan luasan mencapai 40.664 meter persegi di RT 03/RW07 Kampung Talangsari Atas itu tergolong ikonik. Itu karena, lanjut dia, ada kaitannya dengan sejarah yang terjadi di Semarang.

''Sebelumnya, kawasan ini menjadi kewenangan dari Pemprov dan baru diserahkan kepada Pemkot pada 2019. Sebagai awal, kami mengajak warga sekitar, komunitas peduli lingkungan dan pecinta lingkungan, karang taruna kota, serta Forkompincam Gajahmungkur untuk bersama-sama membersihkan kawasan ini. Ini merupakan usaha awal dalam menghidupkan kembali kawasan tersebut,'' ujar dia, saat ditemui disela-sela kegiatan, Minggu (16/8).

Tidak hanya itu, pihaknya juga melakukan penanaman pohon kantil untuk menjaga kelestarian lingkungan hidup di Gunung Talang. Nantinya, rumput-rumput vetiver juga akan diperbanyak penanamannya, agar tidak menimbulkan longsor. Dirinya berharap, aktivitas ramai nantinya akan berlangsung di Gunung Talang. Sekaligus dalam rangka menghilangkan kesan suram dan seram di lokasi tersebut, karena kurang terawat.

''Kami saat ini telah menyusun masterplan agar membuat kawasan ini menjadi lebih rapi. Termasuk untuk pembangunan jalan akses masuk dan bangunan padepokan yang ada di sana. Rencananya, akan bekerjasama lintas sektoral bersama OPD terkait lainnya,'' tambah Sapto Adi.

Sementara itu, Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi, dalam sambutannya yang dibacakan Asisten Administrasi Ekonomi, Pembangunan, dan Kesejahteraan Rakyat Widoyono, mengungkapkan, pada dasarnya konservasi hutan lindung Gunung Talang tidak kalah indahnya dengan hutan-hutan yang lain, jika dikelola dengan maksimal. Selain itu, masyarakat sekitar diminta untuk selanjutnya mulai bergerak terlebih dulu memanfaatkan kawasan tersebut untuk aktivitas ekonomi kreatif.

''Harus dimulai dulu aktivitasnya, jangan menunggu adanya pembangunan fisik. Baru setelah terlihat perkembangannya, Pemkot akan meneruskannya dengan bangunan-bangunan pendukung lainnya. Kawasan ini bahkan berpotensi jadi daerah tujuan pariwisata baru,'' terang Widoyono.

Dirinya turut mengatakan, bahwa di masa transisi menuju tatanan kebiasaan hidup yang baru, segala hal yang berkaitan dengan aktivitas yang mendatangkan pendapatan, membangkitkan dan menumbuhkan kegiatan perekonomian harus segera dikerjakan. Apalagi di kuartal II, perekonomian Indonesia saat ini tercatat minus 5,6 persen.

''Semua orang terimbas dalam kondisi resesi ekonomi ini. Harapannya, dengan mulai tumbuhnya aktivitas ekonomi kreatif di masyarakat akan membuat kondisi ekonomi menjadi lebih baik lagi,'' harapnya.

Editor: Achmad Rifki

Terkini

X