Masa Pandemi, Tradisi Ngaji Pasan di Ponpes Al-Anwar Sarang tetap Digelar

Maya
- Senin, 18 Mei 2020 | 18:51 WIB
 TETAP NGAJI : Pengajian momen Ramadan yang tetap digelar di Ponpes Al-Anwar Desa Karangmangsu Sarang Rembang, diikuti oleh ratusan santri tetap dengan tetap melakuakn pembatasan sosial. (suaramerdeka.com/Ilyas al-Musthofa)
TETAP NGAJI : Pengajian momen Ramadan yang tetap digelar di Ponpes Al-Anwar Desa Karangmangsu Sarang Rembang, diikuti oleh ratusan santri tetap dengan tetap melakuakn pembatasan sosial. (suaramerdeka.com/Ilyas al-Musthofa)

REMBANG, suaramerdeka.com – Pengajian di masa Ramadhan atau familiar disebut ngaji pasan sudah menjadi tradisi di pesantren mana pun. Biasanya, pada ngaji pasan jumlah santri yang mengaji berlipat-lipat jumlahnya, dibandingkan dengan momen biasa.

Namun, seiring terjadinya pandemi Covid-19, banyak pesantren yang mengurangi aktivitas ngaji pasan, atau bahkan menghentikannya sementara waktu. Di Al-Anwar Desa Karangmangu Sarang Rembang, yang menjadi salah satu pusat penyebaran ilmu khas pesantren di Jateng, bahkan Indonesia, ngaji pasan tetap digelar.

Hanya saja, ada perbedaan mencolok dalam pelaksanaannya dibandingkan dengan Ramadan tahun lalu. Ngaji pasan tahun ini di Al-Anwar digelar terbatas. Hanya ada sekira 500 santri yang ikut dalam pengajian berbagai kitab.
 
Jumlah tersebut berkurang drastis. Sebab, pada tahun lalu ada sekira 5.000 santri yang mengikuti ngaji pasan di Al-Anwar. Mereka terdiri dari santri mukim, dan santri yang memang sengaja hanya ngaji saat Ramadan.

Di luar jumlah santri, ngaji pasan tahun ini nyaris sama dengan tahun-tahun sebelumnya. Hampir tidak ada waktu kosong bagi santri. Semua waktu diisi santri dengan mengaji berbagai kitab kuning yang telah ditentukan.

Hanya waktu selepas magrib saja, yang tidak ada pengajian. Di luar itu, mushola dan tempat-tempat lainnya diisi pengajian. Hampir semua putra almarhum KH Maimun Zubaer terlibat pengajian pasan. Mereka dibantu para santri sepuh yang sudah punya legalitas mengajar.

“Ramadan tetap ngaji seperti biasa. Habis Subuh, Dhuhur, Ashar dan Tarawih pasti ada pengajian. Hanya saja, tahun ini Al-Anwar tidak membuka pendaftaran santri yang khusus ngaji pasan. Hanya ada santri Al-Anwar sendiri, sekira 500 santri yang ikut ngaji pasan,” kata salah seorang pengasuh Ponpes Al-Anwar, KH Majid Kamil alias Gus Kamil.

Pendidikan pesantren di Al-Anwar memang berkarakter. Keberadaannya begitu menonjol dan “sakral” dalam dunia pesantren, sehingga banyak menjadi rujukan santri menimba ilmu. Salah satu tolak ukur konsistensi Al-Anwar adalah keterlibatan semua putra KH Maimun Zubaer dalam mengembangkan pesantren. Mulai KH Najih Maimun sampai KH Idror Maimun, semuanya bersentuhan dengan santri.

Sampai saat ini, ada 4 pesantren Al-Anwar yang eksis berdiri. Ada Al-Anwar 1 yang terkenal dengan kesalafannya, hingga Al-Anwar 4. Semuanya memiliki corak dan kekhasan masing-masing.

Tidak berlebihan, lantaran kondisi itu banyak kalangan menyebut Al-Anwar adalah salah satu potret pendidikan Islam yang komplet di era kini. Al-Anwar 1 yang dikenal dengan kesalafannya, Al-Anwar 2 dengan pendidikan formal, Al-Anwar 3 dengan kampusnya serta Al-Anwar 4 dengan keberadaan SMK di dalamnya.

Semuanya memiliki daya tarik masing-masing. Santri yang belajar di Al-Anwar bukan hanya dari Rembang saja. Ribuan santri yang menimba ilmu di sana datang dari luar kota, bahkan luar Jawa.

Musyawarah

Sepeninggalan KH Maimun Zubaer, putra-putra ulama kharismatik tersebut terus kompak bersama mengembangkan pesantren. Mereka selalu mengedepankan prinsip berembuk alias musyawarah dalam memutuskan sesuatu terkait pesantren.

“Abah sudah membagi-bagi. Ada Al-Anwar 1 sampai Al-Anwar 4, semua dipegang oleh putra-putra beliau. Kalau ada keputusan penting, pasti rapat. Al-Anwar 1 dengan KH Najih Maimun, Al-Anwar 2 KH Abdullah Ubab, Al-Anwar 3 KH Abdul Ghofur dan Al-Anwar 4 KH Taj Yasin,” papar Gus Kamil.  

Sejatinya, berbagai kitab yang dibaca pada ngaji pasan di Al-Anwar sudah khatam sejak 15 Ramadan. Namun, masih ada sekira 200 santri yang tinggal di pesantren. Mereka tetap mengaji dengan pengasuh untuk mengisi kegiatan, salah satunya kepada KH Idror Maimun.

Halaman:

Editor: Maya

Terkini

X