JAKARTA, suaramerdeka.com - Dollar Amerika Serikat menunjukkan perbaikan dalam seminggu belakangan ini. Performa ini tidak lepas dari adanya kepercayaan investor terhadap kondisi pasar di Indonesia. Optimisme ini tentu tidak lepas dari berbagai tindakan pencegahan dan penanganan Covid-19 yang dilakukan pemerintah yang direspon positif oleh investor.
Peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Pingkan Audrine Kosijungan mengatakan, pergerakan nilai tukar rupiah selama bulan April ini cukup dinamis. Pada Senin, 13 April 2020 nilai tukar rupiah menguat terhadap Dollar ke level Rp 15.800 pada saat pembukaan pasar dari yang semula ditutup pada Kamis, 9 April 2020 di level Rp 15.880. Penguatan nilai tukar rupiah terhadap Dollar masih terus berlanjut hingga penutupan pasar kemarin. Tercatat nilai tukar rupiah sempat menyentuh level Rp 15.630 atau setara dengan penguatan 250 poin, kenaikan tertinggi yang dialami oleh mata uang Asia terhadap Dollar.
kepercayaan investor terhadap pasar kita. Hal ini, salah satunya, tidak lepas dari bagaimana pemerintah menangani pandemi Covid-19. Misalnya saja penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di beberapa daerah, termasuk di DKI Jakarta, yang merupakan daerah dengan jumlah pasien terinfeksi terbanyak di Indonesia juga di beberapa daerah sekitarnya.
Setidaknya dalam seminggu terakhir, pemerintah pusat melalui Menteri Kesehatan telah memberikan lampu hijau untuk beberapa daerah di Indonesia untuk menerapkan PSBB sebagai upaya untuk menangani dan mencegah penyebaran Covid-19. Beberapa daerah yang sudah dan akan menerapkan PSBB, di antaranya adalah DKI Jakarta yang dimulai pada 10 April, Jawa Barat (kota Bekasi, Depok, dan Bogor serta kabupaten Bekasi dan Bogor) yang dimulai pada 15 April, Riau (kota Pekanbaru) yang akan dimulai pada 17 April serta Banten (kabupaten Tangerang, kota Tangerang, dan kota Tangerang Selatan) yang akan dimulai pada 18 April mendatang. Beberapa daerah di Indonesia dikabarkan juga sedang mengajukan permohonan PSBB dan menunggu persetujuan dari pemerintah pusat.
Selain berbagai faktor yang berasal dari dalam negeri, pergerakan Rupiah juga terpengaruh oleh adanya sentimen positif dari International Monetary Fund (IMF) yang menyatakan bahwa Indonesia merupakan salah satu negara yang dapat bertahan di tengah resesi akibat pandemi Covid-19. Pernyataan ini turut mendorong sentimen positif dari pasar modal. Sebelumnya, Indonesia telah menerbitkan tiga surat utang global yang setara dengan USD 4,3 miliar atau setara dengan Rp 68,6 triliun untuk menopang kebijakan yang diambil sebagai respon dari pandemi ini. Bank Indonesia (BI) juga mengambil langkah untuk menjalin kerja sama terkait *repurchase agreement* (repo) line dengan Bank Sentral AS (The Fed) yang juga memberikan efek positif ke rupiah.
Dengan dibuka pada level Rp 15.700. Hal ini tidak dapat dipungkiri bahwa memang pergerakan rupiah kian dinamis. Satu jam berselang dari pembukaan pasar, Rupiah kembali menguat perlahan ke level Rp 15.681. Tentu saja pergerakan pasar ini juga berkaitan dengan para investor yang mencairkan uangnya. Pemerintah tetap perlu berhati-hati dalam mengeluarkan kebijakan
Dampak ekonomi dari Covid-19 memang memberatkan banyak negara di dunia, termasuk Indonesia. Aktivitas ekonomi yang masih tetap berjalan pun dilakukan dengan berbagai penyesuaian. Adanya berbagai stimulus ekonomi yang digelontorkan pemerintah memang baik namun perlu menjadi perhatian pula bagi pemerintah bahwa keseriusan penanganan dan pencegahan Covid-19 ini tidak diukur semata-mata dari portofolio keuangan negara. Penting bagi pemerintah untuk terus fokus pada kebijakan yang mengutamakan kesehatan masyarakat tanpa mengabaikan hajat hidup orang banyak.