NEW YORK, suaramerdeka.com - Imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS yang lebih tinggi membuat nilai tukar dolar AS naik terhadap sejumlah mata uang utama lainnya pada akhir perdagangan Jumat (Sabtu pagi WIB),
Kenaikan obligasi terjadi, ketika investor fokus ke tentang kapan Federal Reserve kemungkinan akan mulai mengurangi pembelian asetnya atau tapering.
Penguatan terjadi pada indeks dolar yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama lainnya, sebesar 0,05 persen menjadi 92,57.
Indeks naik dari level terendah satu bulan di 91,94 pada Jumat 3 September lalu.
Baca Juga: Ketidakpastian Waktu Tapering Membuat Harga Emas Tergelincir di Bawah Level Psikologis
Greenback telah naik dari level terendah satu bulan yang dicapai Jumat lalu setelah data pekerjaan untuk Agustus, menunjukkan bahwa pertumbuhan pekerjaan melambat, sementara inflasi upah naik lebih besar dari yang diharapkan.
Sayangnya, investor menunggu petunjuk baru tentang kapan Fed kemungkinan akan mulai mengurangi pembelian obligasinya dan pada akhirnya, menaikkan suku bunga sehingga dolar belum mampu membangun tren yang kuat,.
"Bagi saya adalah hal yang paling penting adalah kapan Fed menaikkan suku bunga, dan sayangnya kita mungkin tidak mengetahuinya untuk sementara waktu," kata Erik Nelson, ahli strategi makro di Wells Fargo di New York.
Presiden Fed Cleveland Loretta Mester mengatakan pada Jumat, 10 September 2021 bahwa dia masih ingin bank sentral mulai mengurangi pembelian aset tahun ini.
Baca Juga: Pertumbuhan Ekonomi Digital, Perlindungan Data Pribadi Semakin Mendesak
Artikel Terkait
Dolar Naik pada Selasa Pagi Sekaligus Hapus Kerugian Berkelanjutan pada Pekan Lalu
Dolar Menguat dan Permintaan Melemah, Harga Minyak Kembali Tergelincir di Akhir Perdagangan
Dolar Menguat Seiring Kenaikan Imbal Hasil Obligasi Pemerintah AS
Dolar Pangkas Kenaikan Usai Imbal Hasil Obligasi AS Turun
Hasil Imbal Obligasi Menurun Picu Dolar Merosot di Akhir Perdagangan