Rencana Impor Beras, Anggota DPR Lontarkan Kritikan Keras: Itu Bukan Solusi, Harusnya Sidak Digalakkan

- Senin, 20 Maret 2023 | 07:30 WIB
Ilustrasi pekerja tengah mengecek beras di Gudang Bulog. (Dok. Bulog)
Ilustrasi pekerja tengah mengecek beras di Gudang Bulog. (Dok. Bulog)

JAKARTA, suaramerdeka.com - Pernyataan Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan mengenai rencana impor beras 500.000 ton pada tahun 2023 ini menuai kritikan keras.

Mendag mengungkapkan hal tersebut dilakukan untuk mengantisipasi lonjakan harga beras dan menjaga stok CBP bulog.

Menurut Anggota DPR RI, Slamet, wacana impor beras tersebut berpotensi membuat gejolak harga beras dalam negeri yang saat ini sedang memasuki masa panen raya.

Baca Juga: Hasil Liga Italia: Gol Tunggal Filip Kostic Bawa Juventus Menang di Kandang Inter Milan

Anggota DPR RI dari Fraksi PKS Slamet mengkritik keras pernyataan Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan mengenai rencana impor beras

Menurut anggota DPR dari Fraksi PKS itu, pernyataan Mendag akan membuat banyak spekulan di lapangan yang akan memanfaatkan momen untuk membeli gabah petani dengan harga murah.

“Saya terus terang tidak habis pikir apa yang disampikan oleh Kemendag tersebut," kata Ketua umum Rumah Petani Nelayan Nusantara (RPNN) itu, dikutip dari laman resmi PKS.

Baca Juga: Ini Kondisi Terakhir Mohammad Ahsan Setelah Cedera di Final All England 2023

"Saat ini petani kita sedang panen raya dan dengan adanya isu impor tersebut dikhawatirkan akan menekan harga gabah hingga titik terendah,” ujar Slamet.

Anggota legislatif dapil kabupaten/kota Sukabumi ini meminta pemerintah untuk tidak membuat gaduh disaat petani sedang musim panen raya dengan melemparkan isu impor.

Untuk menekan harga karena pada bulan November 2022 hingga Februari 2023, impor beras bukanlah solusi.

Baca Juga: Aktivitas Awal Pekan, Intip Prakiraan Cuaca Kota Semarang, Senin 20 Maret 2023: Berawan Sepanjang Hari

“Jika sekarang harga masih tetap mahal berarti impor bukanlah solusinya," kata dia.

Sebelumnya, pemerintah sudah mengimpor beras sebanyak 500 ribu ton dengan alasan yang sama yaitu untuk menekan harga beras di pasaran.

"Pemerintah seharusnya menggalakkan sidak di lapangan untuk mengejar para penjahat pemburu rente beras yang diduga membeli beras Bulog dengan harga murah dalam jumlah besar kemudian mengoplosnya lalu dijual dengan harga beras medium di pasaran,” tegas Slamet.

Halaman:

Editor: Andika Primasiwi

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X