JAKARTA, suaramerdeka.com - Ade Armando pegiat media sosial tengah trending topik di Twitter. Ia menyebut tragedi Kanjuruhan adalah buah dari kesombongan dan sikap premanisme sebagian suporter Arema.
Menurut dosen , polisi, dalam hal ini, telah melakukan prosedur yang benar dengan menembakkan gas air mata untuk menghalau kerumunan massa suporter.
"Pangkal persoalan adalah kelakukan sebagai suporter Arema FC yang menyerbu lapangan. Mereka sombong, bergaya preman, menantang, merusak dan menyerang. Gara-gara mereka tragedi itu terjadi," kata Ade Armando, seperti dikutip suaramerdeka.com dari kanal YouTube Cokro TV, Selasa (4/10/2022).
Baca Juga: UEFA Umumkan Minute of Silence Sebelum Kick Off di Semua Kompetensi Eropa, Kenang Tragedi Kanjuruhan
Seperti dilansir dari kanal YouTube Cokro TV, Ade Armando enyalahkan kelakuan suporter Arema FC yang masuk ke lapangan sepak bola. Sehingga mengakibatkan berjatuhan korban jiwa.
Ade juga tidak sependapat apabila polisi harus disalahkan dalam tragedi Kanjuruhan karena menggunakan gas air mata.
"Ketika Polisi menggunakan gas air mata, itu adalah tindakan sesuai protap ketika mereka harus mengendalikan kerusuhan yang mengancam jiwa," ungkap Ade Armando.
Baca Juga: Diduga Pelaku Penembakan Gas Air Mata di Kanjuruhan, 9 Komandan Brimob Polda Jatim Ini Dinonaktifkan
Ade juga menyinggung Ketua Forum Komunikasi Suporter Indonesia, Richard Ahmad Supriyanto dan Yayasan Lembaga Bantuan Hukum (LBH).
Menurut Ade, pendapat Richard dan LBH yang menuntut kepolisian bertanggungjawab sebagai hal yang aneh.
Artikel Terkait
Imbas Tragedi Kanjuruhan, Arema FC Diberondong Sanksi Berat
Buntut Insiden Kanjuruhan, TGIPF Ditarget Kurang dari Satu Bulan
Jenguk Korban Tragedi Stadion Kanjuruhan di RS Saiful Anwar, Kapolda Jatim Ucapkan Permohonan Maaf
Diduga Pelaku Penembakan Gas Air Mata di Kanjuruhan, 9 Komandan Brimob Polda Jatim Ini Dinonaktifkan
Masih dalam Bayang-bayang 7 Sanksi FIFA, PSSI Resmi Hukum Arema FC dengan 3 Sanksi Usai Tragedi Kanjuruhan
UEFA Umumkan Minute of Silence Sebelum Kick Off di Semua Kompetensi Eropa, Kenang Tragedi Kanjuruhan