SLEMAN, suaramerdeka.com - Isfan Yoppy Andrian (37), salah satu tersangka kasus meninggalnya 10 siswa SMPN 1 Turi saat mengikuti susur Sungai Sempor, Sleman menyampaikan permintaan maaf kepada keluarga korban.
"Saya minta maaf kepada instansi SMPN 1 Turi karena kelalaian sehingga terjadi hal seperti ini. Saya menyesal dan mohon maaf kepada keluarga korban terutama yang meninggal," kata Isfan kepada wartawan di Mapolres Sleman, Selasa (25/2).
Hal tersebut, menurut dia, sudah menjadi resikonya dan dua tersangka lain sebagai pembina. "Apapun keputusannya akan kami terima. Semoga keluarga korban bisa memaafkan," ucapnya.
Sedikit menuturkan kronologi, Isfan mengatakan, saat awal kegiatan susur sungai berlangsung, kondisi waktu itu belum hujan. Pada pukul 13.15 WIB, dia menyiapkan siswa. Selang 15 menit, rombongan turun ke sungai. Dia berdalih, sudah mengecek kondisi air sungai. Saat itu, aliran air sungai di bagian atas tidak deras.
Isfan kemudian kembali ke lokasi start dan dicek, keadaan air tidak ada masalah, sehingga, dia merasa yakin tidak akan terjadi apa-apa. Dia mengakui tidak melengkapi anak-anak dengan perlengkapan keselamatan. "Tidak pakai (alat keselamatan) karena tinggi air cuma selutut," ujar Isfan yang berprofesi sebagai guru olahraga ini.
Tersangka lain, Riyanto (58) mengatakan, saat susur sungai berlangsung, dia ada di sekolah untuk menjaga barang siswa sekaligus mengabsen. Warga Turi Sleman ini mengaku sejak dulu sudah sering melakukan susur sungai dan arung jeram. Tapi saat kegiatan susur sungai di Sempor, Jumat (21/2) lalu, dia merasa kurang senang. Namun dia tidak menjabarkan maksud perasaan kurang senang itu. "Saat itu di sekolah, mendung tipis," ujar guru seni budaya ini.
Riyanto tahu ada insiden itu setelah ada siswa yang diantar kembali ke sekolah oleh warga dengan kondisi cidera di bagian kaki.