"Ormas Islam jangan selalu menjadi pengekor perubahan yang diciptakan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat mekanis dan kapitalistik."
DI tengah optimisme dan kelatahan terkait kemajuan teknologi informasi, muncul kekhawatiran sebagian masyarakat khususnya orang tua. Kemajuan teknologi informasi yang berbasis internet dinilai memiliki efek negatif.
Perkembangan ini mengakibatkan disrupsi, yaitu semacam penjungkirbalikan tatanan yang sudah mapan. Bukan hanya menyangkut bidang ekonomi, tetapi yang lebih dahsyat adalah penjungkirbalikan nilai-nilai yang ada di dalam masyarakat.
Tenggelamnya generasi muda dalam dunia maya, dikhawatirkan melahirkan kepribadian soliter yang asyik dengan dunianya sendiri. Akibatnya kompetensi sosial generasi muda menjadi rendah, miskin etika, dan sebagainya. Sebaliknya, para orang tua mengalami gagap teknologi dan sibuk dengan urusannya sendiri.
Kemajuan teknologi informasi juga menimbulkan disrupsi, terkait bagaimana orang memandang tentang kebenaran. Kemajuan ini telah memungkinkan kekuatan pemodal untuk memaksakan “kebenaran” melalui media massa dan media sosial yang telah dikuasainya.
Dalam konteks inilah maka era pascakebenaran mendapatkan momentum yang tepat. Era ini, kebenaran dibangun bukan atas fakta, objektivitas dan kerasionalan, tetapi lebih didasarkan atas opini yang dibangun lewat media massa dan media sosial, berupa pencitraan yang bersifat emosional.
Perubahan yang sangat mendasar dan maraknya penjungkirbalikan nilai-nilai pada era disrupsi inilah, yang mestinya harus mendorong ormas Islam untuk memosisikan dirinya secara tepat di tengah situasi yang sedang berubah. Ormas Islam harus mulai menggagas untuk mengonstruksi masyarakat ideal yang melampauan masyarakat pada era disrupsi.
Ormas Islam jangan selalu menjadi pengekor perubahan yang diciptakan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat mekanis dan kapitalistik. Tetapi seharusnya menjadi pembuat tren bagi perubahan ke arah masyarakat sipil yang berperadaban dengan mengunggulkan nilai-nilai kemanusiaannya.
Banyak negara maju mencanangkan visi mereka pada masa depan dengan Revolusi Industri 4.0, yang merupakan pengonsepan negara-negara Eropa Barat. Amerika Utara mencanangkan konsep Industrial Internet, Tiongkok mencanangkan visi Made in China 2025, sedangkan Jepang mencanangkan visi Society 5.0 (Masyarakat 5.0).
Dari semua visi tersebut tampaknya konsep Masyarakat 5.0, lebih komprehensif terkait dengan bagaimana masyarakat manusia yang berperadaban tinggi pada masa depan seharusnya dibangun. Barangkali konsep itu sangat perlu untuk kita kaji dalam rangka untuk penerapannya di Indonesia. Masyarakat 5.0 ini pertama kali digagas oleh pemerintah Jepang awal 2019. Yaitu gambaran ideal teknologi digital diaplikasikan dan berpusat pada manusia.