EKSPRESI – Nggak hanya terkenal tentang kisah kesetiaan para monyet kepada Sunan Kalijaga. Wilayah Goa Kreo yang dulunya menjadi tempat peristirahatan sementara Sunan Kalijaga saat mencari kayu jati untuk dijadikan tiang penyangga Masjid Agung Demak memiliki banyak sekali keunikan lain di dalamnya.
Bertempat di Dermaga Waduk Jatibarang, Desa Talun Kacang, Gunung Pati, Semarang (31/12), mulai pukul 21.00 WIB, ratusan warga Kota Semarang merayakan malam pergantian tahun dengan menikmati acara yang bertajuk “Pagelaran Budaya & Sewu Lentera Tahun Baru 2019” yang disuguhkan oleh Pokdarwis Sukomakmur dan Karang Taruna Gerak Maju yang bekerja sama dengan Mahasiswa jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Semarang (USM).
Banyak tarian yang ditampilkan dalam Pagelaran Budaya pada malam pergantian tahun 2019. Tarian-tarian tersebut antara lain Tari Semarangan, Tari Rampak, Tari Indonesia Menari, dan lain-lain. Nggak hanya tarian saja, pagelaran budaya ini juga dimeriahkan dengan adanya ketoprak yang diperankan oleh warga desa. Ketoprak ini mengangkat cerita tentang madiun melawan mataram dan diiringi oleh musik gamelan jawa.
Banyak pengunjung yang datang dan antusias menyaksikan tarian sambil menunggu malam pergantian tahun. Ismail, salah satu warga Kelurahan Bringin, Kecamatan Ngaliyan mengatakan bahwa banyak sekali keragaman budaya yang dipersembahkan dalam acara ini. Salah satunya makanan Sego Kethek. Pertama mengetahui nama makanannya, bapak yang membawa anak dan istrinya ini mengira bahwa Sego Kethek terbuat dari daging monyet. Tapi setelah melihat dan merasakan sego kethek langsung ternyata makanan khas Desa Talun Kacang ini terbuat dari nasi yang dicampur oseng-oseng daun pepaya, ditemani lauk tahu dan tempe goreng serta ikan asin, dibungkus rapi dengan daun jati yang memperkuat cita rasa alaminya.